Akhir-akhir ini Nagi
selalu mengekoriku, dari kantin, kelas, perjalanan kerumah, untung saja dia
masih tahu diri tidak coba-coba mengikutiku ke toilet. Awas saja sampai berani.
Kubantai dia baru tau rasa, ya..mungkin Nagi memang selalu mengekoriku, tapi
nggak se-intens ini. Hampir saja aku memukulnya saat dia nekat masuk ke ruang mading,
dimana saat anggota sedang rapat, imbasnya aku yang kena marah oleh ketua,
rrhhh..sebal!!
Aku baru sadar berteman dengan Nagi, memang nggak mudah
untukku, yeah! dia tampan, dan dia adalah anak direktur universitas ini. Apa aku
sudah bilang bahwa Nagi adalah anak seorang direktur? Kalau belum, baiklah
sekarang aku sudah bilang. Nggak heran kalau dia menjadi idola, dan otomatis
fans-fans Nagi menganggapku objek paling empuk untuk dibunuh, hiii…seram.
“Apa yang akan kaulakukan hari ini?” tanyanya di
sela-sela perjalanan kerumah,
“hmm..tidak ada” jawabku dengan rasa kesal yang tersisa. Nagi
memang tidak pernah sok ataupun pamer kekuasaan, tapi tingkahnya yang semaunya
sendiri membuatku sedikit jengah dengannya.
“maraton film harry potter lagi? “ alisnya setengah
terangkat, tidak percaya.
“yah..apakah ada masalah” aku memang sudah terlalu malas
menjawab panjang setiap pertanyaannya.
“Bagaimana kalau aku mengajarimu bermain gitar, kudengar
kau ingin sekali bermain benda itu”
“aku tidak punya gitar dirumah”
“ah..itu masalah gampang” tangannya mengibas-ibas di
depan wajahku, “serahkan semua padaku” ucapnya sambil tersenyum lebar, sehingga
kedua lesung pipit yang tadinya malu-malu, kini muncul membuatnya semakin
manis, sekarang aku tau kenapa Lisa begitu memujanya.
Kami
berjalan berdua, dia meraih telapak tanganku.. hangat.. rasanya sangat hangat.
Kami selalu begini, tertawa bersama, menceritakan mimpi-mimpi, tentang aku yang
ingin menjadi guru. Tentang dia yang ingin menjadi muridku..hahaha aku tau dia
hanya bercanda.
Nagi,
sudah mengambil gitarnya, dia memainkan satu lagu kesukaanku, fall for you-secondhand serenade.
The best thing about tonight’s that we’re not
fighting
Could it be that we have been this way before..
Could it be that we have been this way before..
Jarinya
yang panjang mulai memetik satu-persatu senar gitar, suaranya yang halus dan
dalam, nggak kalah dari John Vasely.
Because tonight will be the night that I will fall
for you..
over again..
Don’t make me change my mind…
over again..
Don’t make me change my mind…
Sampai
di reef aku menantapnya, Nagi menikmati setiap petikan senar sambil menutup
matanya, aku baru tau cowok tampan dan bermain gitar adalah kombinasi sempurna.
Tiba-tiba saja aku merasa ada yang aneh, bukan hanya gitar Nagi yang
mengalunkan musik indah, hatiku serasa memainkan melodinya sendiri, jantungku berdegub
dengan ritme yang tidak beraturan,
Because a girl like you is impossible to find
You’re impossible to find..
You’re impossible to find..
Matanya
yang menutup perlahan terbuka, dia melihatku, bahkan menatapku, aku merasa
sedang diselidiki, Nagi mendekat, jarak kami semakin dekat, dan jantungku
semakin tak bisa kukendalikan.
“Wajahmu
merah apa kamu sedang sakit” tangan Nagi menyentuh dahiku,
“ukh..tidak!”
kutepis tangannya, sudah cukup aku rasa hatiku akan meledak, raut wajah Nagi
terlihat kaget, apalagi aku, aku sendiri nggak menyangka perhatian lembutnya ku
balas dengan kasar.
“umhh..
maaf aku rasa aku kurang enak badan” jawabku sekenanya sambil melihat ke arah manapun,
asal tidak ke matanya yang teduh itu.
“baiklah
memang sudah malam, aku pulang dulu. Aku akan segera telefon Alice dan
memintanya untuk cepat pulang”
Aku
mengangguk, selanjutnya aku mengantarnya pulang sampai pintu.
“Get well soon, Ara..” dia maju selangkah
sambil mengecup helaian rambutku, dan aku membeku
Tadi
itu apa?
0 komentar:
Posting Komentar