0

Itukah Cinta part 2

          Akhir-akhir ini Nagi selalu mengekoriku, dari kantin, kelas, perjalanan kerumah, untung saja dia masih tahu diri tidak coba-coba mengikutiku ke toilet. Awas saja sampai berani. Kubantai dia baru tau rasa, ya..mungkin Nagi memang selalu mengekoriku, tapi nggak se-intens ini. Hampir saja aku memukulnya saat dia nekat masuk ke ruang mading, dimana saat anggota sedang rapat, imbasnya aku yang kena marah oleh ketua, rrhhh..sebal!!
            Aku baru sadar berteman dengan Nagi, memang nggak mudah untukku, yeah! dia tampan, dan dia adalah anak direktur universitas ini. Apa aku sudah bilang bahwa Nagi adalah anak seorang direktur? Kalau belum, baiklah sekarang aku sudah bilang. Nggak heran kalau dia menjadi idola, dan otomatis fans-fans Nagi menganggapku objek paling empuk untuk dibunuh, hiii…seram.
            “Apa yang akan kaulakukan hari ini?” tanyanya di sela-sela perjalanan kerumah,
            “hmm..tidak ada” jawabku dengan rasa kesal yang tersisa. Nagi memang tidak pernah sok ataupun pamer kekuasaan, tapi tingkahnya yang semaunya sendiri membuatku sedikit jengah dengannya.
            “maraton film harry potter lagi? “ alisnya setengah terangkat, tidak percaya.
            “yah..apakah ada masalah” aku memang sudah terlalu malas menjawab panjang setiap pertanyaannya.
            “Bagaimana kalau aku mengajarimu bermain gitar, kudengar kau ingin sekali bermain benda itu”
            “aku tidak punya gitar dirumah”
            “ah..itu masalah gampang” tangannya mengibas-ibas di depan wajahku, “serahkan semua padaku” ucapnya sambil tersenyum lebar, sehingga kedua lesung pipit yang tadinya malu-malu, kini muncul membuatnya semakin manis, sekarang aku tau kenapa Lisa begitu memujanya.
    Kami berjalan berdua, dia meraih telapak tanganku.. hangat.. rasanya sangat hangat. Kami selalu begini, tertawa bersama, menceritakan mimpi-mimpi, tentang aku yang ingin menjadi guru. Tentang dia yang ingin menjadi muridku..hahaha aku tau dia hanya bercanda.
Nagi, sudah mengambil gitarnya, dia memainkan satu lagu kesukaanku, fall for you-secondhand serenade.

The best thing about tonight’s that we’re not fighting
        Could it be that we have been this way before..

Jarinya yang panjang mulai memetik satu-persatu senar gitar, suaranya yang halus dan dalam, nggak kalah dari John Vasely.

Because tonight will be the night that I will fall for you..
        over again..
        Don’t make me change my mind…

Sampai di reef aku menantapnya, Nagi menikmati setiap petikan senar sambil menutup matanya, aku baru tau cowok tampan dan bermain gitar adalah kombinasi sempurna. Tiba-tiba saja aku merasa ada yang aneh, bukan hanya gitar Nagi yang mengalunkan musik indah, hatiku serasa memainkan melodinya sendiri, jantungku berdegub dengan ritme yang tidak beraturan,

Because a girl like you is impossible to find
You’re impossible to find..

Matanya yang menutup perlahan terbuka, dia melihatku, bahkan menatapku, aku merasa sedang diselidiki, Nagi mendekat, jarak kami semakin dekat, dan jantungku semakin tak bisa kukendalikan.

“Wajahmu merah apa kamu sedang sakit” tangan Nagi menyentuh dahiku,
“ukh..tidak!” kutepis tangannya, sudah cukup aku rasa hatiku akan meledak, raut wajah Nagi terlihat kaget, apalagi aku, aku sendiri nggak menyangka perhatian lembutnya ku balas dengan kasar.
“umhh.. maaf aku rasa aku kurang enak badan” jawabku sekenanya sambil melihat ke arah manapun, asal tidak ke matanya yang teduh itu.
“baiklah memang sudah malam, aku pulang dulu. Aku akan segera telefon Alice dan memintanya untuk cepat pulang”
Aku mengangguk, selanjutnya aku mengantarnya pulang sampai pintu.
Get well soon, Ara..” dia maju selangkah sambil mengecup helaian rambutku, dan aku membeku
Tadi itu apa? 

0 komentar:

Posting Komentar

AnnisaFauzia. Diberdayakan oleh Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
Back to Top