0

Tikus apa Burung??

Para ilmuwan dari University of Osaka lagi – lagi menghebohkan dunia dengan rekayasa genetika mereka, dengan kemajuan teknologi yang mutakhir tim peneliti universitas Osaka membuat tikus yang biasanya mencicit menjadi dapat berkicau layaknya sesekor burung.
            Tim peneliti di Universitas Osaka berhasil mengembangbiakkan tikus hasil rekayasa genetika yang lebih mungkin untuk mengembangkan mutasi. Tikus yang dapat
bernyanyi ini merupakan bagain dari proyek  “Evolved Mouse Project”, Seperti diwartakanDailymail, Minggu (29/1/2012), tikus tersebut dilahirkan secara kebetulan, namun kekhasannya akan diwariskan ke generasi berikutnya, yang diharapkan para ilmuwan akan memberi “cahaya baru” tentang bagaimana bahasa berevolusi.
            "Mutasi adalah tenaga pendorong evolusi. Kami telah melakukan kawin silang pada tikus yang gen-nya dimodifikasi tersebut untuk mengetahui apa yang akan terjadi,: terang pimpinan penelitian Arikuni Uchimura.

"Kami meneliti tikus yang baru saja lahir satu demi satu, dan suatu hari kami menemukan seekor tikus yang berkicau layaknya burung," tambahnya.
Uchimura juga menambahkan bahwa tikus ini dilahirkan secara kebetulan, namun sifat ini akan diwariskan kepada generasi mendatang.
            “Saya sangat terkejut, kaerna awalnya saya mengharapkan tikus yang berbeda dalam bentuk fisik,”
Laboratorium, yang diarahkan oleh profesor Takeshi Yagi di Osaka University’s Graduate School of Frontier Biosciences di Jepang barat, sekarang memiliki ‘tikus bernyanyi’ lebih dari 100 ekor untuk digunakan dalam penelitian lebih lanjut.
Proyek ini juga telah menghasilkan tikus dengan anggota badan pendek dan ekor seperti milik anjing dachshund.

Laboratorium yang dikepalai profesor Takeshi Yagi, di Osaka University’s Graduate School of Frontier Biosciences, Jepang barat, sekarang memiliki lebih dari 100 ekor tikus berkicau untuk penelitian lebih lanjut.

"Untuk dijadikan objek pelajaran, tikus lebih baik daripada burung karena mereka adalah mamalia dan struktur otak dan aspek biologis lainnya lebih dekat dengan manusia," kata Uchimura.

"Kami melihat bagaimana tikus yang mengeluarkan suara baru akan mempengaruhi tikus biasa dalam kelompok yang sama. Dengan kata lain, mengamati kemungkina adanya konotasi sosial, " katanya sambil menambahkan bahwa tikus biasa mencicit, terutama dalam keadaan stres.


0 komentar:

Posting Komentar

AnnisaFauzia. Diberdayakan oleh Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
Back to Top